• Elins 2011

    Di sela acara jalan sehat 2012, baju biru kami menghiasi pagi itu

  • Elins 2010

    1 tahun yang lalu, saat acara jalan sehat 2011. KGS (pojok kiri atas) masih menemani kita sebelum kepergiannya

  • Einsten-Community

    Di sela acara jalan sehat 2012, kami dari Einsten-Community berkumpul bersama

  • Einsten-Community

    Di tempat ini kami mempererat tali persaudaraan, Candi Ratu Boko 2013

  • Elins 2012

    Kegiatan makrab yang berguna untuk lebih mengakrabkan kami

  • Elins 2013

    Foto bersama dalam acara makrab yang pertama kali kami ikuti di STTN - BATAN

  • Einsten Community

    Dalam satu tenda kami berbaur dengan semua angkatan

  • Einsten Community

    Dengan basket di Einsten Competition, kami lebih mengakrabkan diri

  • Einsten Community

    Futsal yang membuat kami lebih kompak

  • Einsten Community

    Inilah para pejuang basket perempuan Einsten.com

  • Einsten Community

    Futsal juga menjadi ketertarikan kaum hawa Einsten.com

Cerita Sang Sapi Sial


Rezo, adalah nama yang diberikan majikanku sejak aku lahir dari ibu yang mereka rawat. Aku bertumbuh di keluarga yang sangat baik. Penuh dengan keharmonisan dan ilmu agama yang kuat. Majikan laki-laki ku sangat jujur, dan tak pernah lupa memberiku nutrisi yang memadai. Setiap hari aku di bawa keliling kampung, dimandikan, diberi makan dan perlakuan lain yang membuat aku nyaman menjadi bagian dari keluarga ini.
Hari demi hari, bulan berganti bulan, tahunpun sudah berseling. Aku yang dulu belum bertanduk, sekarang sudah gagah dengan tanduk yang melengkung. Dagingku yang semakin kekar dan membesar, membuat majikanku meyunggingkankan senyum puas atas jerih payahnya menghidupiku selama ini.
“Rezo, kau sudah sangat gagah sekarang, jadi izinkan aku untuk menjalankan kewajibanku. Aku melakukan ini karena kau adalah sapi suci yang pantas masuk surga. Jadi kau juga harus di perlakukan dengan suci pula”, ucap majikanku dengan linangan air mata mengalir di pipinya.
Kini aku sudah berada di tangan orang lain. Orang dengan memakai baju kokoh dan berpeci. Ia membawaku kesebuah halaman masjid di salah satu daerah tak jauh dari tempat lamaku. Gema takbir mengaung di sekelilingku. Kulihat hewan-hewan lain juga berada di tempat ini. Mau di apakan kami ini?
Aku yakin kami ingin di bawa ke surga! Itu yang aku mengerti dari majikanku.
Derai air mataku semakin merembes, saat satu persatu hewan yang tadi aku lihat sudah bersimbah darah dengan kepala tergorok.
Dan kini giliranku!
Aku melangkah pasti ke tiang jagal, dengan ikhlas dan penuh tawakkal, aku berdzikir atas nama Allah.Terikat di tiang! Parang mengkilat sudah menjilat-jilat dalam tatapanku. Delapan lelaki kekar mengerumuniku. Aku merasa jadi terdakwa,yang melakukan beribu kesalahan dan harus di hukum mati.
“Bismillahirrohmanirrohiim”
Darah segar menyembur dari leherku.
Teriakan anak-anak kecil yang bahagia melepas kematianku, membuat aku yakin untuk mengetuk pintu surga. Aku terbang. Ruhku Melayang. Lapisan-lapisan langit kulewati perlahan.
Kulihat jauh di bawah sana, tubuh kekarku sudah di sayat, kulitku dipisahkan dari daging itu, kepala ku terpenggal, tulang-tulangku terpotong-potong. Aku bak hasil mutilasi, Namun, ini atas izin Allah.
Perjalananku kini sampai di tempat harusnya aku berada.Surga! Kulihat malaikat yang sangat bersih. Senyumnya meneduhkan. Tatapannya meyakinkan.
“Apa alasanmu ketempat ini?” Suara beratnya membuatku bergidik
” Aku dibesarkan dikeluarga yang jujur, majikanku amanah, makanan yang kumakan adalah makanan yang halal, dan aku disembelih dengan maksud ibadah, serta aku ikhlas menjalankan itu”
” Itu sudah lebih dari cukup untukmu, kau bisa masuk ketempat ini”
Aku melangkah pasti, surga kini di hadapanku. Namun tiba-tiba langkahku terhenti. Malaikat itu memanggilku dengan penuh kemarahan.
“Kau tak pantas masuk surga!”
“Kenapa?”, tanyaku tak puas.
“Kau lihatlah di bawah sana!”
Aku langsung menangis terisak, semua harapanku kini sirna. Aku tak akan pernah masuk surga. Tak akan. Dagingku diperebutkan, pembagian yang tak adil, fakir miskin tak mendapat bagian dari dagingku. orang-orang yang rakus mengambil dagingku lebih banyak. Dan yang sangat menyakitkanku, salah seorang di tempat itu, mengatakan “Itu daging Haram, di beli dengan uang yang tidak amanah!”
Ketidak ikhlasan orang itu, kini membawaku ke dalam neraka. Aku terpikir majikanku, aku menangis. Maafkan aku yang tak bisa masuk surga karena ketidak ikhlasan.


0 komentar: